Sigi, Sultengekspres.com – Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (DEMA FTIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menyelenggarakan Dialog Kebangsaan bertajuk “Merawat Kedamaian Bumi Tadulako: Moderasi Beragama sebagai Penangkal Radikalisme dan Politik Identitas” di Warkop FEKON, Kabupaten Sigi, pada Kamis (6/11/2025) malam.
Kegiatan yang dimulai pukul 20.00 WITA tersebut menjadi ruang diskusi terbuka bagi sivitas akademika dan masyarakat umum dalam memahami pentingnya nilai-nilai moderasi beragama untuk menjaga keharmonisan sosial di tengah ancaman radikalisme dan politik identitas.
Dialog ini menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten, antara lain Prof. Dr. H. Saepudin Mashur, S.Ag., M.Pd.I., selaku praktisi pendidikan dan Dekan FTIK yang juga bertindak sebagai pembicara kunci (keynote speaker). Selain itu, hadir pula pengamat politik Ray Rangkuti, pengamat intelijen Wawan H. Purwanto, serta pemerhati gerakan mahasiswa Muhammad Sadig.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua DEMA FTIK, Ridzki Efendi, menyampaikan bahwa dialog ini diharapkan menjadi wadah refleksi dan penguatan peran mahasiswa dalam menjaga kedamaian di Sulawesi Tengah. Ia menegaskan bahwa moderasi beragama merupakan langkah strategis dalam menekan potensi radikalisme dan praktik politik identitas yang dapat mengancam persatuan bangsa.
“Harapan kami, melalui dialog ini kita dapat bersama-sama merawat kedamaian dengan mengedepankan moderasi beragama sebagai penangkal radikalisme dan politik identitas,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ridzki menekankan pentingnya membangun gerakan mahasiswa yang idealistik, rasional, dan mengedepankan intelektualitas. “Kita bisa menjauhi hal-hal tersebut dengan gerakan mahasiswa yang lebih soft dan idealistik, dengan mengandalkan isi kepala, bukan ego semata,” tambahnya.
Ia juga berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum awal bagi mahasiswa untuk merancang program yang lebih produktif dan berdampak positif bagi masyarakat. “Semoga melalui kegiatan ini, lahir gagasan dan usulan kegiatan yang lebih bermanfaat ke depannya, serta menjauhkan kita dari praktik politik identitas yang berpotensi memecah belah masyarakat, khususnya di Sulawesi Tengah,” tutupnya.





Tinggalkan Balasan