Ketiga, dan tak kalah penting, adalah pembukaan Festival Danau Lindu 2025 di Desa Tomado. Festival tahunan ini menjadi platform penting untuk pelestarian adat dan budaya lokal Lindu, sekaligus sarana promosi ekowisata Danau Lindu ke kancah nasional dan internasional. Acara ini diharapkan menarik lebih banyak wisatawan dan menggerakkan ekonomi kreatif masyarakat.
Kehadiran Gubernur disambut dengan prosesi adat “Menpantodui”, sebuah tradisi penghormatan istimewa bagi tamu kehormatan yang baru pertama kali berkunjung ke Lindu.
Gubernur juga secara simbolis dikenakan pakaian adat Siga oleh Majelis Adat Lindu, sebagai bentuk penerimaan dan penghormatan tulus. Prosesi adat dilanjutkan dengan tarian Raego, sebuah tarian syukur dan kegembiraan masyarakat atas kunjungan tersebut.
Setelah upacara adat, Gubernur dan rombongan berkesempatan mengunjungi pasar lokal di sekitar Danau Lindu, berinteraksi langsung dengan para pedagang dan masyarakat.
Agenda ditutup dengan ziarah ke makam Maratenga, sebuah situs budaya yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya Provinsi Sulawesi Tengah, yang terletak di sebuah pulau berjarak 17 menit dari Desa Anca.
Kunjungan kerja ini diharapkan menjadi tonggak penguatan pelayanan dasar, peningkatan infrastruktur desa, dan pelestarian warisan budaya masyarakat Lindu.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah berkomitmen penuh menjadikan kawasan Danau Lindu sebagai salah satu poros pengembangan ekowisata dan kebudayaan daerah yang unggul.
Tinggalkan Balasan