Kehadiran pemateri dengan latar belakang yang beragam dimaksudkan agar diskusi tidak berlangsung satu arah.

“Praktisi diundang untuk memberi gambaran langsung dari lapangan, akademisi untuk menyajikan analisis ilmiah dan netral, serta perwakilan mahasiswa untuk membawa perspektif kritis dan aspiratif dari kalangan muda. Dengan komposisi ini, kami berharap dialog yang terjadi tidak hanya informatif, tetapi juga reflektif,” tambahnya.

Syahrul juga menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran, baik secara sosial maupun akademik.

“Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran sosial dan akademik, di mana mahasiswa memahami dinamika lembaga publik serta pentingnya integritas dan partisipasi. Bagi narasumber, forum ini juga menjadi cermin suara mahasiswa dan kampus,” tuturnya.

Di akhir wawancara, ia berharap kegiatan ini dapat menjadi awal dari dialog yang sehat dan berkelanjutan antara kampus dan pemangku kebijakan.

“Harapannya, kegiatan ini menjadi awal dari dialog yang lebih luas dan bermakna antara kampus dan pemangku kebijakan, dengan menjunjung nilai keterbukaan, tanggung jawab, dan keadilan dalam ruang akademik yang kritis dan elegan,” pungkasnya.