Palu, Sultengekspres.com – Penetapan Bandara Mutiara SIS Al-Jufri sebagai bandara internasional disambut dengan rasa bangga sekaligus kekhawatiran oleh pelaku wisata Sulawesi Tengah. Status ini dinilai membuka peluang besar bagi wisatawan mancanegara untuk langsung berkunjung tanpa transit di kota lain.

Menurut pengurus AITTA Sulteng, Yogantara Teguh Ekowijaya yang akrab disapa Kang Yoga, langkah ini dapat mengangkat pamor destinasi unggulan seperti situs megalitik Lore-Lindu di Sigi dan Taman Nasional Kepulauan Togean di Tojo Una-Una ke kancah dunia.

“Dengan penerbangan internasional, wisatawan bisa langsung datang menikmati keindahan dan kekayaan budaya kita,” ujarnya.

Namun, ia mengingatkan potensi dampak negatif dari meningkatnya arus masuk warga negara asing. Orientasi investasi yang berat ke sektor pertambangan dikhawatirkan mengancam kelestarian lingkungan dan merugikan pariwisata.

“Kita tidak anti-investasi, tapi perlu pemetaan yang jelas,” tegasnya.

Kang Yoga mendorong pemerintah daerah menempatkan pariwisata sebagai sumber pendapatan alternatif melalui roadmap yang konkret, mencakup promosi, infrastruktur, dan pelatihan sumber daya manusia. Ia menekankan pentingnya keterlibatan pengusaha, komunitas lokal, dan pemerintah dalam mewujudkan visi wisata berkelanjutan.

“Program BERANI HARMONI harus benar-benar diimplementasikan, bukan sekadar jargon,” tambahnya.

Dengan status internasional, Bandara SIS Al-Jufri menjadi pintu gerbang strategis bagi pariwisata Sulteng. Tantangannya adalah menjaga agar peluang ini tidak tergeser oleh kepentingan yang merugikan keberlanjutan alam dan budaya daerah.