Jakarta, Sultengekspres.com – Krisis tenaga pengendali lalu lintas udara di Amerika Serikat memasuki tahap kritis. Kekosongan staf di 42 menara pengendali dan sejumlah pusat koordinasi telah menimbulkan kekacauan besar di langit negeri itu.

Ribuan penerbangan dibatalkan atau tertunda pada Sabtu (8/11), menjadikan akhir pekan ini salah satu gangguan penerbangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Bahwa penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) yang sudah memasuki hari ke-39 menjadi penyebab utama krisis ini. Banyak petugas ATC yang tidak menerima gaji selama lebih dari sebulan, memicu absensi massal dan menurunkan kapasitas operasional secara drastis.

FAA melaporkan penundaan besar di 12 kota utama seperti New York, San Francisco, dan Chicago.

“Dalam beberapa hari terakhir, hingga 40% pengontrol lalu lintas udara absen dari tugas,” kata Administrator FAA Bryan Bedford.

Untuk menjaga keselamatan penerbangan, FAA telah meminta maskapai mengurangi frekuensi penerbangan hingga 10% dalam dua pekan mendatang. Namun, langkah itu belum cukup menekan kekacauan di bandara.

American Airlines, Delta, Southwest, dan United termasuk yang paling terdampak. Empat maskapai tersebut terpaksa membatalkan lebih dari 700 penerbangan hanya dalam satu hari. Situasi ini menimbulkan efek domino: antrean panjang penumpang, keterlambatan bagasi, dan gangguan rantai pasok udara domestik.

Krisis ini memperlihatkan betapa rapuhnya sistem transportasi udara Amerika Serikat ketika fungsi pemerintahan terganggu. Pengamat penerbangan menilai, jika shutdown tidak segera diakhiri, keselamatan penerbangan dapat terancam akibat kelelahan dan kekurangan staf di menara kendali.