Meskipun ide tersebut telah menunjukkan potensi, tantangan mendapatkan investasi cukup besar. Setelah menghadapi lebih dari seratus penolakan dan melakukan berbagai perjalanan ke Silicon Valley, Perkins dan Obrecht akhirnya memperoleh investor pertama mereka, Cameron Adams, seorang engineer Google yang kemudian bergabung sebagai co-founder.
Pada tahun 2013, Canva resmi diluncurkan dengan misi mempermudah siapa saja dalam menciptakan desain berkualitas tinggi melalui platform berbasis cloud yang intuitif.
Perkembangan pesat pun terjadi; pada tahun 2018, Canva mencapai valuasi lebih dari US$ 1 miliar setelah mendapatkan pendanaan senilai US$ 40 juta, dan terus meluncurkan produk-produk inovatif yang semakin memperkuat posisinya di pasar global.
Tak hanya sukses di ranah komersial, Canva juga menunjukkan komitmen sosial yang tinggi. Platform ini mendukung lebih dari 17.000 organisasi nirlaba di seluruh dunia dengan memberikan akses gratis ke produk premium.
Lebih jauh lagi, Melanie Perkins telah menyumbangkan 30% saham perusahaan kepada badan amal yang berfokus pada pengurangan kemiskinan, menegaskan bahwa nilai moral dan tanggung jawab sosial merupakan bagian integral dari visi Canva.
Seorang pengusaha dan anggota Dewan Penasihat Harvard, Martin Roll, menyatakan, “Sangat sedikit perusahaan di zaman sekarang yang mewakili nilai-nilai moral yang kuat. Canva adalah salah satunya, berkat visi inspiratif Melanie Perkins.”
Kini, dengan lebih dari 60 juta pengguna aktif yang telah membantu menciptakan 3,5 miliar desain, Canva tidak hanya membuka jalan bagi revolusi digital, tetapi juga menginspirasi jutaan orang untuk mewujudkan kreativitas tanpa batas.
Tinggalkan Balasan