Jakarta, Sultengekspress.com – Menjadi influencer di media sosial memang menjanjikan popularitas dan cuan, namun kenyataan kini menunjukkan bahwa dunia ini tidak seindah yang terlihat di layar. Meski banyak orang bercita-cita menjadi influencer sukses seperti YouTuber Mr. Beast atau TikToker Charli D’Amelio, kenyataannya industri ini semakin sesak dan persaingan untuk mendapatkan cuan kian sengit. Di Indonesia, salah satu sosok influencer yang terkenal adalah Raffi Ahmad.

Namun, seiring berkembangnya industri ini, platform media sosial pun mulai mengurangi komisi yang mereka berikan kepada kreator konten, dan para brand kini lebih selektif dalam memilih influencer untuk bekerja sama. Hal ini tercermin dari laporan The Wall Street Journal yang mengungkapkan kesulitan yang dialami oleh Clint Brantley, seorang kreator konten dengan lebih dari 400.000 pengikut di TikTok, YouTube, dan Twitch. Meskipun memiliki banyak followers, penghasilan Brantley justru lebih kecil dari gaji pekerja full-time di AS, yakni sekitar USD 58.084 (Rp 950 juta) pada 2023.

Brantley, yang kini tinggal bersama ibunya di Washington, mengungkapkan bahwa penghasilan yang tidak tetap membuatnya tidak siap untuk menyewa apartemen. “Saya sangat rentan,” ujarnya. Penghasilan yang tidak dapat diandalkan menjadi masalah utama bagi para kreator konten yang ingin menjadikan karier ini sebagai sumber pendapatan utama.

The Wall Street Journal juga menyoroti bahwa untuk memperoleh penghasilan yang layak sebagai kreator konten kini semakin sulit. Platform media sosial seperti TikTok dan Instagram semakin jarang memberikan uang untuk postingan yang populer, sementara brand lebih selektif dalam memilih influencer untuk berkolaborasi.

Ancaman TikTok yang berisiko diblokir di AS pada 2025 semakin menambah kekhawatiran para kreator konten. Jika platform ini benar-benar diblokir, banyak kreator yang khawatir pendapatan mereka akan terancam karena kehilangan salah satu sumber pendapatan utama.

Industri Influencer yang Semakin Sesak

Menurut laporan Goldman Sachs, lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia kini berpenghasilan dari media sosial. Meskipun jumlah kreator yang menghasilkan uang diperkirakan akan tumbuh antara 10% hingga 20% hingga 2028, kompetisi untuk meraih cuan semakin ketat. Laporan dari NeoReach pada tahun lalu menyebutkan bahwa 48% influencer mengumpulkan pendapatan kurang dari USD 15.000 (Rp 245 juta), sementara hanya 14% yang berhasil meraih lebih dari USD 100.000 (Rp 1,6 miliar).

Kreator konten yang menjadi terkenal selama pandemi, terutama yang mengangkat topik-topik populer seperti fesyen atau investasi, mengaku beruntung karena timing yang tepat. Namun, sebagian besar kreator menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan popularitas dan mendapatkan penghasilan yang stabil. Mereka harus terus memikirkan ide konten, merencanakan, memproduksi, dan mengedit video dalam waktu berhari-hari. Ditambah lagi, mereka harus menjaga interaksi dengan audiens agar tetap populer.