POSO, 24 April 2025 – Dalam upaya serius memberantas penyakit menular schistosomiasis atau yang akrab dikenal dengan sebutan demam keong, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menggandeng Rotary Club dari Jepang untuk meninjau langsung pembangunan saluran draenase di enam desa endemik di Lembah Napu, Kabupaten Poso.
Mewakili Gubernur Sulteng, Kepala Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda), Dr. Andi Ruly Djanggola, M.Si, turun langsung ke lapangan bersama Tim Eliminasi Schistosomiasis yang terdiri dari perwakilan Kementerian Kesehatan RI, Rotary Club Jepang, WHO Indonesia, dan Rotary Club Palu.
Kunjungan kerja ini difokuskan pada monitoring proyek pembangunan saluran draenase yang merupakan hibah dari Rotary Club Kyoto, Kyoto Selatan, Sakurai, dan Kashihara. Proyek ini menyasar enam desa yaitu Kaduwa’a, Maholo, Bumi Banyusari, Dodolo, Alitupu, dan Watutau.
“Total nilai hibah mencapai lebih dari Rp4 miliar, dan targetnya jelas: nol persen schistosomiasis di Lembah Napu. Tidak boleh ada lagi genangan air tempat cacing parasit berkembang biak!” tegas dr. Ellen Mentang, DHSM, Presiden Rotary Club Palu, yang turut hadir dalam rombongan.
Upacara Adat dan Sambutan Hangat
Kunjungan rombongan disambut hangat oleh Bupati Poso, dr. Verna Gladies Ingkriwang, di Baruga Kantor Desa Kaduwa’a. Tak hanya seremoni biasa, acara penyambutan dimulai dengan adat khas Lembah Napu—pemasangan Siga kepada Presiden Rotary Club Kyoto Mr. Nakamura dan Tali Bonto kepada Gubernur Rotary Club Indonesia, Ibu Susan Chandra, sebagai simbol penerimaan tulus dari masyarakat setempat.

Turut hadir dalam kunjungan ini:
-
Direktur Pencegahan Penyakit Menular Kemenkes RI, dr. Ira Agustin
-
Perwakilan WHO Indonesia, dr. Irvin
-
Para presiden Rotary Club dari Jepang
-
Gubernur Rotary Club Indonesia, Ibu Susan Chandra
-
Tokoh lokal dan perangkat desa penerima hibah
Detail Proyek Hibah: 6 Desa, 6 Saluran, 6 Traktor
Berikut rincian proyek hibah dari Rotary Club Jepang:
-
Desa Kaduwa’a – 244 m saluran + 1 unit hand traktor
-
Desa Dodolo – 179 m saluran + 1 unit hand traktor
-
Desa Bumi Banyusari – 218 m saluran + 1 unit hand traktor
-
Desa Alitupu – 265 m saluran + 1 unit hand traktor
-
Desa Maholo – 900 m saluran + 1 unit hand traktor
-
Desa Watutau – 300 m saluran + 1 unit hand traktor
Kalau dihitung-hitung, ini bukan cuma proyek pembangunan, tapi proyek penyelamatan masyarakat dari penyakit yang sudah terlalu lama jadi masalah laten di daerah ini.

Pemprov Sulteng Juga Gerak Cepat
Tak mau ketinggalan, Pemprov Sulteng lewat Cikasda juga menggelontorkan dana sebesar Rp4,3 miliar di tahun 2024 untuk membangun 1.450 meter saluran draenase di tiga desa endemik lainnya: Winowanga, Tamadue, dan Sedoa.
“Dari hasil kajian BRIDA Sulteng, ada 49 titik rawan di tiga desa tersebut yang harus segera diintervensi agar angka prevalensi schistosomiasis tetap di bawah 1%,” jelas Dr. Ruly Djanggola.
Sekilas Tentang Schistosomiasis
Biar makin paham, schistosomiasis alias demam keong disebabkan oleh parasit cacing skistosoma yang tinggal di siput air tawar. Parasit ini bisa masuk ke tubuh manusia hanya lewat kulit—ya, bahkan kalau cuma nyebur sebentar. Efeknya? Mulai dari ruam, demam, sampai nyeri otot dan kerusakan organ serius jika tidak diobati.
Maka, proyek draenase ini bukan cuma soal infrastruktur—ini soal kehidupan.
Tinggalkan Balasan