Menurut Arjad, jika eks area likuifaksi dibuka untuk lahan pertanian namun tidak akses jalan, maka itu akan sulit bagi masyarakat untuk bisa mencapai area tersebut.
“Untuk apa dijadikan (eks likuifaksi) persawahan tapi akses jalan tidak ada. Jadi kami harap anggota dewan untuk bisa perhatikan. Dengan adanya akses jalan maka sudah pasti semua bisa dilakukan,”ujar Arjad.
Sementara itu, ketua RT 1 Asgar meminta kepada Muhlis agar usulan dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) dapat dipertahankan apabiladi usulkan oleh Kelurahan Petobo.
Karena selama ini menurut Asgar, setiap usulan Musrembang setelah sampai di Pemkot selalu tidak teralisasi, sehingga pembangun yang ada di Kelurahan yang dihantam dasyatnya gempa disertai likuifaksi tersebut, tidak terlaksana.
Sementara lanjit Asgar, masyarakat menginginkan agar pembangunan di Kota Palu bisa merata terutama di Kelurahan petobo yang sampai saat ini belum ada perkembagan.
“Kami Cuma minta agar usulan bila Musrembang kami masuk ke DPRD Kota Palu bisa di pertahankan apa yang menjadi usulan kami. Karena kami dari Palu Selatana hanya segelintir yang ada di DPRD Kota Palu, lebih-lebih dari Petobo tidak ada. Untuk itu apa usulan Musrembang kami nanti yang dari Petobo bisa di pertahankan,” pintanya.
Menjawan pertanyaan masyarakat, Muhlis mengatakan, karena adanya efisiensi anggaran sehingga semuanya jadi tertunda termasuk usulan masyarakat terkait Musrembang dan pemanfaatan eks likuifaksi Petobo yang akan dijadikan lahan pertanian, juga system drainase di jalan Nambo.
“Begitu ada efisiensi jaditertunda semua. Itu boleh di usulkan lagi. Jadi akan kita usulkan kembali di 2026. In sya allah apa yang sudah menjadi usulan-usulan ini bisa dititip ke saya, nanti sya bicara langsung dengan pak Hadiyanto Rasyid (Walikota) tetang usulan jalan Suharto,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan